Rabu, 09 November 2011

Seni Budaya Indonesia


Music Kolintang


Foreign Admire
Hit Music Harmony Wood
When we called the region of North Sulawesi, many people may only know about the beautiful sea tourism in Bunaken. Or Manado porridge, traditional foods that have penetrated to all parts of Indonesia.
But maybe a lot of people forget or do not notice anymore about the instrument that is typical of North Sulawesi Kolintang. Musical instruments from local wood is lightweight but strong originates from Minahasa, North Sulawesi, and has been known since tens of years ago.Kolintang bukanlan music game is individualized. This instrument should be played by a minimum of six people with their respective functions. For example holding the melody, guitar, ukulele, banjo, and bass. Historically, this instrument was invented by a man named Minahasa origin latitude.The name comes from the sound kolintang vat (low tone), ting (high tone), and pliers (normal tone). Kolintang usually played to fill the various events, like weddings, reception, ceremony, thanksgiving, religious, and at the game. Until now, there are still many cultural inheritors continued to preserve Kolintang. Even down to the schools, many learned how to play musical instruments Kolintang. There are many musical instrument craftsmen Kolintang in North Sulawesi, North Sulawesi, even native people already living in other areas. To make Kolintang, we must recognize the type of wood and certain wood determines to a certain note or the charts anyway. One set kolintang usually takes between three weeks to one month. kolintang A set of musical instruments, consisting of nine types of musical instruments, ranging from the melody , penggiring up the cello and bass, and sold at a price of USD 25.25 million. Closing kolintang sold at Rp 150,000, bat kolintang a set of Rp 500,000 and scores booth kolintang per unit for USD 150,000. But the price is not the standard of overall sales, because the price depends on the quality and number of musical instruments. And that is good for music kolintang mountain hibiscus wood and chrysolite. Timber with a short form that will generate the charts high. Conversely, a long wooden ladder will result in track (note) is low. At first, Kolintang was banned played on the Dutch colonial period.Why Kolintang used to accompany ritual worship of ancestral spirits by the local community. Over time, it turns out Kolintang not only popular in North Sulawesi, but also in other areas, including in Java. Welcome the public to the presence kolintang accompanied guitar, ukulele, string bass and it was incredible. In fact, kolintang when it had become one of the media campaign. Furthermore, Kolintang continues to grow. Where the music group sedikti not already crossed the stage to various countries in the world, such as Singapore, Australia, Holland and surrounding areas up to Germany, the United States, and Britain. Kolintang also briefly appeared in Switzerland, Denmark, Sweden, and Norway. In the era of the 1990s, Kolintang very popular for people at home and abroad. Kolintang makers began to mushroom. Most from overseas continued to flow, among others, from Australia, China, South Korea, Hong Kong, 
http://seninusantara.blogspot.com/2009/01/musik-kolintang.html

Seni Budaya Indonesia


Dance Jaipong



JaiponganJaipongan is a genre of dance that was born from the creativity of an artist from Bandung, Gugum Gumbira. His attention to folk art, one of which is Tap Tilu know and know very well make Treasury dance movement patterns of the tradition that existed at Kliningan / Bajidoran or Tap Tilu .Motions openings, pencugan, and several kinds of motion nibakeun mincid of some art above has enough inspiration to develop a dance or art that is now known as Jaipongan. History Prior to this emerging form of performance art, there are some influences behind this form of social dance . In West Java, for example, is a social dance influences from the Ball Room, which is usually in a dance-danceassociation could not be separated from the presence ronggeng and pamogoran. Ronggeng in social dance is no longer functioning for the ceremony, but for entertainment or a way of slang. The existence ronggeng in the performing arts have an attraction that invites sympathy for the pamogoran. For example in Tilu Tap dance is so well known by the Sundanese, estimated this art popular around the year 1916. As a folk art performances, art is only supported by simple elements, such as waditra which includes fiddle, drums, two kulanter, three percussion, and gongs.Similarly, the dance movements that do not have a standard pattern of movement, costumes dancers as simple as a reflection of democracy.Along with the waning of the above type of art, a former pamogoran (spectators who take an active role in the performing arts Tap Tilu / Doger / Tayub) turned his attention to performing arts Kliningan, which in the north coast of West Java (Falkirk, Bekasi , Purwakarta, Indramayu, and Subang) Bajidoran Kliningan known as the pattern of dance and show events have similarities with previous art (Tap Tilu / Doger / Tayub). In the meantime, the existence of the dances in masks Banjet quite popular, especially in Karachi, where several motion patterns Bajidoran taken from the dance in this Banjet mask. In koreografis dance it still reveals the patterns of tradition (Tap Tilu) containing elements of the motions of opening, pencugan, and some range of motion nibakeun mincid which in turn became the basis of the creation of dance Jaipongan. Some basic motions apart from Tap dance Jaipongan Tilu, Ibing Bajidor and Mask Banjet is Tayuban and Pencak Silat. Occurrences dance works Gugum Gumbira was originally called Tap Tilu development, which is due to basic dance is the development of Tap Tilu. The first work Gugum Gumbira still very thick with color ibing Tilu Tap, both in terms of choreography and iringannya, who then dances that became popularly known as Jaipongan.Jaipongan work first began to be known by the public is a dance "Pulus 


http://seninusantara.blogspot.com/2009/02/seni-tari-jaipong.html

Seni Budaya


 img_0640.jpg
SEBAGAI SALAH SATU TUJUAN WISATA BUDAYA, KAB. KEDIRI MENAWARKAN BERAGAM KESENIAN KHAS DAERAH YANG DAPAT DINIKMATI WISATAWAN, BAIK MANCANEGARA MAUPUN DOMETIK.

Ragam kesenian di Kabupaten Kediri tentunya tidak lepas dari sejarah kerajaan Kediri.Beberapa kesenian khas daerah yang dapat dinikmati wisatawan antara lain Seni Jaranan, Seni Tiban, Seni Reog, Seni Qosidah, Seni Tayub, Seni Campursari, Seni Ludruk, Seni Wayang Orang, Seni Wayang Kulit, Seni Atraksi Akrobatik, Debus, Seni Sanggar Tari Tradisional dan Tari Atraktif, serta Seni Bantengan.
Diantara sekian banyak kesenian yang ditawarkan, yang paling menarik adalah atraksi manusia dan King Cobra yang pada puncaknya,sang penakluk mencium buaya dan King Cobra.
Selain itu jaranan juga merupakan kesenian khas daerah Kediri yang sangat populer.Kesenian Jaranan menyuguhkan berbagai atraksi menarik yang kadang mampu membangkitkan rasa takjub.Atraksi gerak pemain dengan diiringi tabuhan gamelan serta sesekali diselingi unsur magis menjadikan kesenian ini layak ditonton.
Di Kabupaten Kediri terdapat beberapa kesenian Jaranan yang dapat dinikmati diantaranya Jaranan Senterewe, Jaranan Pegon, Jaranan Dor, dan Jaranan Jowo. Jaranan Jowo merupakan salah satu kesenian Jaranan yang mengandung unsur magis dalam tariannya. Dimana pada puncaknya penari akan mengalami TRANCE (kesurupan) dan melakukan aksi berbahaya yang terkadang di luar akal manusia.
Sedangkan Jaranan Dor, Jaranan Pegon, dan Jaranan Senterewe lebih mengedepan kan kreatifitas gerak dengan iringan musik yang dinamis. Jaranan Senterewe merupakan jaranan yang digemari, karena dalam penampilannya selalu disertai hiburan lagu-lagu yang bernada diatonis. Seluruh kesenian jaranandi Kabupaten Kediri berada di bawah naungan Paguyuban Seni Jaranan (PASJAR) Kabupaten Kediri.
SENI TIBAN
Seni Tiban menampilkan aksi penari yang saling mencambuki tubuh mereka sampai berdarah sebagai bentuk pengorbanan dan ritual untuk meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa. Diyakini oleh masyarakat setempat darah yang keluar dari tubuh penari akan jatuh menimpa bumi dan mampu mendatangkan hujan.
Tiban muncul ketika kerajaan Kediri mengalami bencana kekeringan. Saat itu Raja Kertajaya meminta rakyatnya mau melakukan pengorbanan agar segera dibebaskan dari bencana. Upacara pengorbanan ini dilakukan di bawah terik matahari dengan jalan menyiksa diri dengan menggunakan pecut yang terbuat dari Sodo Aren. Cucuran darah yang keluar dari tubuh rakyat sebagai wujud persembahan inilah yang kemudian dianggap mampu mendatangkan hujan di bumi.Hingga saat ini upacara minta hujan masih berlangsung karena diyakini mampu menghindarkan rakyat Kediri dari bencana kekeringan.
D E B U S
Ketrampilan pemain dalam menunjukkan seni akrobatik maupun unsur kekebalan tubuhnya merupakan daya tarik kesenian ini. Dalam debus atraksi yang ditampilkan adalah pemain yang berguling-guling di atas pecahan kaca di gantung di tiang dengan hanya menggunakan seutas tali serta diseret dengan menggunakan kendaraaan berkecepatan tinggi. Bahkan beberapa diantara pemain adapula yang memakan pecahan kaca maupun bermain-main dengan kobaran api.
 budaya-2.jpg
 img_0360.jpg
 budaya-4.jpg
 img_0599.jpg
http://www.kediri.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=270:seni-budaya&Itemid=284

Budaya Nusa Tenggara Timur


Budaya Nusa Tenggara Timur

Provinsi NTT kaya akan ragam budaya baik bahasa maupun suku bangsanya seperti tertera dalam di bawah ini:

Jumlah Bahasa Daerah
Jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar pada pulau-pulau yang ada yaitu:
Pengguna Bahasa di Nusa Tenggara Timur

Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural:

Alor dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso

Flores dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo

Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi

Jumlah Suku /Etnis
Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar Diseluruh wilayah NTT, sebagai berikut:

Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang (Kec.Kupang Tengah dan Kupang Barat serta Semau)

Dawan: Sebagian wilayah Kupang (Kec. Amarasi, Amfoang, Kupang Timur, Kupang Tengah, Kab timor Tengah selatan, Timor Tengah Utara, Belu ( bagian perbatasan dengan TTU)
http://seninusantara.blogspot.com/
Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan dengan
Negara Timor Leste
Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan pulau
Semau
Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba
Sumba: Pulau Sumba
Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan Manggarai
Barat

Sabtu, 05 November 2011

KARYA SENI RUPA BERDASARKAN DIMENSI DAN KEGUNAAN

1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI

Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut sebagai karya seni rupa dua dimensional. Sedangkan karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran disebut karya tiga dimensional atau trimatra. Karya seni tiga dimensi dapat dinikmati dari segala sudut pandang; dari depan, atas, samping, maupun bawah. Tetapi karya seni rupa tiga dimensi yang dinikmati dari bawah tidak terlalu banyak, yaitu karya seni yang diletakkan dengan cara digantung atau melayang di angkasa.
Jika dirinci berdasarkan dimensinya:
a. Karya seni rupa dua dimensi (dwimatra), contoh: lukisan, gambar, batik, foto, ilustrasi, kaligrafi, hiasan pada piring, dll.
b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

2. PEMBAGIAN BERDASARKAN KEGUNAAN

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari karya seni, seperti untuk duduk maka diperlukan sebuah kursi, untuk makan diperlukan alas berupa piring atau mangkuk. Berdasarkan kegunaan ini, karya seni rupa dapat dibedakan antara karya seni rupa terapan dan karya seni rupa murni.
a. Karya seni rupa terapan/ pakai (applied art/ useful art), yaitu karya seni yang mengalami fungsi ganda.
Pertama, sebagai alat bantu kehidupan sehari-hari, dan kedua segi keindahan untuk pemenuhan rasa kepuasan batin. Karya seni yang mempunyai fungsi ganda contohnya pakaian, rumah, pisau, sepatu, kendaraan, tas, jam tangan, sabuk, kacamata, dll.
b. Karya seni murni (fine art/ seni indah) adalah karya yang terlepas dari segi kegunaan lain, kecuali nilai pemenuhan kebutuhan emosional sebagai alat ekspresi. Contoh: lukisan, patung, relief, dll.







teddy iskandar

imajiku @gmail.com
Materi seni budaya kelas VIII SMP
ITUS

0 comments:

seni budaya ''macam macam seni rupa terapan di nusantara''

ANITA NURFIKYA  8 9B
1. seni keramik
seni keramik merupakan salah satu hasil budidaya manusia yang sebelumnya tidak ditemukan di alam bebas. keramik adalah segala macam benda yang berasal dari tanah liat yang di kerasakan melalui pembakaran sehingga menjadi awet. keramik termasuk barang yang sudah sangat tua umurnya sudah sejak dahulu alat alat dapur seperti periuk, belangan di pakai orang. menurut bahan baku yang di gunakannya ada tiga jenis keramik, yaitu sebagai berikut :
A. gerabah lunak
gerabah lunak adalah barang barang keramik yang terbuat dari satu macam tanah saja. contoh : tempayan,belanga,genteng dan lain lain
B.stoneware
stoneware adalah barang barang keramik yang di buat lebih dari satu macam tanah liat dari campuran batuan lain. contohnya keramik seni dan keramik seperti peralatan makan minum.
C. porselen
porselen adalah barang barang keramik yang terbuat lebih dari satu macam tanah liat dan campuran batu lain. sifat dari porselen adalah tidak menyerap air,keras,dan tembus cahaya.
keramik keramik terkenal di indonesia
A.keramik sanur(bali)
sanur merupakan daerah yang sudah amat di kenal di pulau bali, terutama dengan keindahan pantainya. selain keindahan pantainya sanur juga di kenal kerajinan keramiknya. pertumbuhan seni keramik yang sudah tradisidan ini merupakan sumber mata pencaharian bagi para perajin gerabah. mereka juga membuat benda benda dekoratif seperti tegel berlukisan adegan wayang atau motif motif mitologi bali. perkembangan pariwisata yang pesat telah menantang masyarakat seniman dan industri kerajinan bali untuk meningkatkan pelayanan dan produksi dalam jumlah besar. keramik merupakan karya seni terapan yang berfungsi untuk menghias meja makan, hiasan dinding, atau souvenir. secara umum perlengkapan keramik yang di buat dengan tangan di suatu sanggar akan sulit untuk bersaing dengan piring cangkir yang di hasilkan dengan pabrik modern. tetapi keramik yang di buat dengan putaran dan sentuhan tangan seniman memiliki ciri khas seperti segi artistik,goresan,warna,tekstu, dan lain lain
B.keramik kasonga (yogyakarta)
kasongan merupakan suatu wilayah di kabupaten bantul yogyakarta. daerah ini di kenal sebagai sentral kerajinan keramik. pada mulanya sebagian besar penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai pembuat gerabah. hal ini telah terjadi turun temurun. namun akhirnya kasongan berkembang menjadi sentra keramik yang di kenal di berbagai daerah . keramik yang di hasilkan dari kasongan berkualitas tinggi dan produk yang di hasilakannya beraneka ragam. keberhasilan ini tak lepas dari tangan dingin seniman Sapto Hudoyono yang telah berhasil menjadikan tangan perajin menghasilkan keramik modern. perkembangan pariwisata yang baik di yogya membuat keramik kasongan makin di minati. hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki potensi seni keramik selain yogya dan bali tempat lain misalnya klaten(jawa tengah),nusa tenggara barat(NTB),banjarnegara, malang,dan lain sebagainya.bahkan ada kesamaan beberapa sentra keramik seperti di setiap daerah menghasilkan kendi. kendi merupakan salah satukeramik berciri khas indonesia. kendi berasal dari bahasa sanskrit ''kundika'' yang berarti tempat air. kendi mempunyai badan lonjong,panjang,berleher sempit. dengan mulut kecil menyerupai pipa dan ujung corotnya berbentuk cangkir. bentuk seperti ini dapat di lihat pada gambar relief candi borobudur,jawa tengah, dan candi dieng jawa tengah, kendi di jaman modern ini selain sebagai benda terapan sekarang berfungsi sebagai benda hias keindahan ruang. benda lain yang memiliki peranan dalam kebudayaan bangsa kita di masa lampau adalah guci. selain berfungi sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman juga di pakai untuk kegiatan sakral. di kalimantan guci di pakai untuk upacara adat.untuk menyimpan mayat sebelum di kubur,pesta adat,dan lain sebagainya . teknik pembuatan guci yang primitif dengan cara membuat pilihan tahan liat yang panjang lalu di tumpuk dan di haluskan permukaannya. kemudian di temukan teknik putar pada klin,yaitu alat putar dari kayu. segumpal tanah liat siap di pakai di letakan pada sebuah landasan lalu di putar dan di bentuk dengan tangan. corak hiasan guci juga bermacam macam terutama juga nampak hiasan ular naga, yang memiliki ke agungan juga kekuasaan. kecuali naga nampak pula hiasan binatang lain seperti rusa,ikan,dan lain sebagainya kecuali di hias alam binatang guci guci juga berhiaskan alam tumbuh tumbuhan,bunga bungaan,daun,bambu,delima,bunga krisan yang semua di hubungkan dengan perlambangan yang baik
C. keramik plered(jawa barat)
keramik di jawa barat maju pesat dengan sentra di daerah plered. keramik yang di hasilkan dengan beragam fungsi yaitu keramik pakai dan keramik hias, kerajinan keramik di plered di mulai tahun 1990 -an dengan membuat barang barang rumah tangga. kini dengan adanya pembinaan daro dapartemen perindustrian kerajinan keramik plered maju pesat dengan hasil keramik yang berkualitas baik dan desain yang bervariasi.

Jumat, 04 November 2011

5 Pelukis Perempuan Lampung Gelar Demokrasi Kre-ASI

Di tengah gegap gempita Pemilu para pelukis perempuan Lampung hadir unjuk kebolehan. Kesetaraan memang tak hanya sebatas panggung politik, tetapi ranah kesenian juga bisa dijadikan medan untuk meningkatkan kuota peran kaum perempuan.

Gelaran pameran yang diusung Komite Senirupa Dewan Kesenian Lampung kerja bareng Mediart dan didukung Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan Class Mild ini ditaja di Taman Budaya Lampung, Jalan Cut Nyak Din 24, Palapa, Bandar Lampung.

Menurut Ketua Panitia dari Mediart Dwi P Prasetya ,pameran yang berlangsung 21- 27 April 2009 mengusung tema Demokrasi Kre-ASI (akan sentuhan ibu) ini diikuti 5 pelukis perempuan yaitu Tince Jonshon, Ina Yosuha, Ayu Sasmita, Lila dan Sisna Ningsih.

Pameran ini diharapkan menjadi ajang gelar karya dan dialog antara penekun dan masyarakat. “Kami dari Mediart bangga bisa menyembatani proses dan menyajikan perhelatan pameran ini,” ujar Dwi.

Pada pameran yang bakal dibuka Ketua Umum DKL Hj Syafariah Widianti, SH, MH ini akan menaja 40 lukisan karya 5 perupa wanita dengan berbagai ragam aliran. Menurut Atu Ayi—panggilan akrab Syafariah Widianti--- peristiwa pameran ini akan menambah lembar sejarah jagad seni rupa lampung. ” Eksistensi 5 perupa perempuan yang hadir menaja karya-karyanya dalam pameran kali ini akan mendapat apresiasi dalam takaran perjakan jagad senirupa Lampung,” ujar Atu Ayi.

Kelima pelukis perempuan ini, lanjut Atu Ayi patut mendapat acungan jempol. Ternyata di tengah kesibukan domestiknya sebagai ibu rumah tangga, bisa unjuk peran menumbuhkembang ranah seni rupa di Lampung. ”Gebrakan mereka berpameran sebagai salah satu wujud emansipasi kreatif, Ini merupkan bukti perjuangan dan keseriusan dan berkarya,” imbuh Ayu Ayi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Ir.Jonhson Napitupulu, MSc menyambut gembira sekaligus menghargai atas prakarsa 5 perupa perempuan menghadirkan pameran lukisan yang bertajuk ”Demokrasi Kre –ASI”. ”Mudah-mudahan pameran ini dapat dijadikan ajang apresiasi dan pembelajaran sehingga pada gilirannya nanti bisa muncul pelukis perempuan dari Lampung yang mewarnai ranah seni rupa Indonesia,” ujar Ir. Jonhson Napitupulu . MSc.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Drs. M. Natsir Ari mengatakan, peristiwa budaya seperti pameran lukisan Demokrasi Kre-ASI ini merupakan salah satu rangkaian acara pendukung Visit Lampung Yaer 2009. Perisitiwa ini selain menunjukkan perkembangan seni rupa Lampung juga dapat dijadikan salah satu pilihan untuk mengenal Lampung lebih dekat. Untuk itu, pihaknya memberi penghargaan yang tinggi pada seniman dan pihak penyelenggara. ”Diharapkan ke depan Lampung juga bisa dikenal lewat dunia kesenian antara lain lewat ranah seni rupa,” ujar M.Natsir Ari. (chris)


Contac Person
Christian Heru Cahyo Saputro
chris_lampunk@yahoo.co.id, grcpb.pondsite@cpp.co.id
 

1.  Kategori foto: Seni Rupa -> Dua-D: Wayang-Gambar-Kaligrafi
Gerak Lucu Wayang Golek
Pada masa lalu, gerak-gerak wayang golek umumnya terbatas pada tangan, kepala, dan tubuh yang diputar atau dinaik-turunkan sedikit seperti orang bernafas. Tapi, sejak ahir tahun 1970an bagian tubuh yang bisa digerakkan itu lebih banyak lagi, seperti kepala yang bisa tunduk-tengadah atau miring kiri-kanan (sebelumnya hanya tengok kiri-kanan). Juga mulut yang bisa terbuka-tertutup. Tapi perubahan itu hanya pada wayang-wayang lucu, seperti panakawan dan raksasa. Foto ini adalah panakawan Pandawa (kiri ke kanan: Semar, Cepot, Dageng, Dawala), dalam format GIF (animasi).
Fotografer: Zulkifli



2.  Kategori foto: Seni Rupa -> Dua-D: Wayang-Gambar-Kaligrafi
Gerak Mulut Wayang Sasak
Untuk beberapa karakter, biasanya yang lucu-lucu, seperti panakawan atau penasar, mulut wayang kulit bisa digerak-gerakkan dengan teknologi sederhana, seutas benang dan mulut tersebut memakai pegas bambu sebagi pir. Foto ini adalah dari wayang Sasak di Lombok, merupakan tokoh-tokoh "orang desa" atau rakyat kebanyakan, yang tidak bernama tetap dan tidak mesti berhubungan dengan alur cerita pokok yang dilakokkan. Gerakan mulut ketika pertunjukan bersamaan dengan kata-kata dialognya, sehingga seperti dalam fil kartun atau animasi--seperti halnya foto ini diedit dalam gif-animasi.
Fotografer: Zulkifli



3.  Kategori foto: Seni Rupa -> Dua-D: Wayang-Gambar-Kaligrafi
Sekar Diu - Wayang Sasak
Sekar Diu ("Bunga Raksasa") adalah nama kuda tunggangan Wong Agung Menak (Amir Hamzah), tokoh utama dalam cerita Menak yang dibawakan dalam wayang Sasak, Lombok, NTB
Fotografer: Fery



4.  Kategori foto: Seni Rupa -> Tiga-D: Patung-Boneka
Topeng Cupak
Topeng Cupak adalah yang dipakai oleh Cupak dalam pertunjukan Cupak-Gurantang; yakni cerita dua kakak-beradik yang sangat berbeda karakternya. Cupak, memakai topeng, yang sulung dan serakah berlaku curang pada adikhya, Gurantang (tak bertopeng). Di Bali juga terdapat pertunjukan Cupak-Grantang, ceritanya sama, tapi tidak memakai topeng.
Fotografer: Fery



5.  Kategori foto: Alat Musik -> Idiofon
Gangsa dari Filipina
Gong bermuka rata (tanpa pencon) terdapat di wilayah utara Filipina (selain yang paling banyak di Asia Timus: China, Korea, Jepang). Pembuatannya, umumnya dicetak gukan ditempa, tapi kemudian ditempa bagian-bagian tertentu, dan ada yang membuat sebuah pola spiral seperti salah satu foto di atas. (Dari Gong koleksi Jose Maceda, Etnomusicology Center The University of Philippines).
Fotografer: Fery



6.  Kategori foto: Seni Rupa -> Perhasan-Kostum
Topi dari Asia Tenggara
Topi tidak hanya memiliki fungsi praktis, untuk melindungi diri dari panas dan hujan, melainkan memiliki makna kultural. Bukan pula semata keindahan, karena banyak yang sepertinya tidak ditujukan untuk keindahan. Di pelbagai budaya, topi kerja ini memiliki bentuk yang berbeda-beda pula. Topi-topi ini sebagian saja dari koleksi Museum Etnologi Nasional, Minpaku, di Osaka, yang dikumpulkan dari beberapa negara Asia Tenggara.
Fotografer: Fery



7.  Kategori foto: Teater -> Properti-set
Panggung teater Noh di Kanazawa, Jepang

Fotografer: Fery



8.  Kategori foto: Seni Rupa -> Tiga-D: Patung-Boneka
Topeng naga, dragon, atau "barong" dari Bolivia
Dalam suatu pameran di Museum Etnologi Nasional Jepang, Minpaku, Osaka
Fotografer: Fery



9.  Kategori foto: Seni Rupa -> Tiga-D: Patung-Boneka
Topeng
Topeng bertanduk di Jepang biasanya disebut Oni ("jin") baik dalam tradisi istana maupun desa. Jjenisnya banyak sekali, tanduknya ada yang pendek ada yang panjang, demikian juga ekspresi wajahnya ada yang tampak lucu ada yang angker. Topeng ini salah satu dari topeng-topeng teater Noh, dipajang di lobi gedung pertunjukan Noh Kanazawa, Jepang (2009)
Fotografer: Fery



10.  Kategori foto: Alat Musik -> Kordofon
Morinkhur - alat gesek dari Monggolia
Morinkhuur (Morin Khuur = "alat-gesek bkepala-kuda") terdapat di Asia Tengah, lekat dengan budaya Monggolia. Alat ini dimainkan sambil bercerita-bernyanyi (nyanyian naratif). Cerita atau dongengnya banyak tapi hampir semuanya merupakan ekspresi penghargaan atau pujian terhadap kuda (yang sudah mati). Pada waktu penghidupan orang Monggol secara penuh nomad (berpindah-berburu), kuda merupakan yang esensial sebagai "alat" transportasi. Karena itu pula ukiran di bagian kepala Morinkhuur selalu berbentuk kuda. Dahulu, baik penggesek maupun dawaynya juga terbuat dari bulu ekor kuda. Foto ini dari koleksi Museum Etnologi Nasional Jepang, Minpaku, Osaka
Fotografer: Fery